Rabu, 05 Oktober 2016

Wisata Sejarah dan Budaya di Tasikmalaya

1. Kampung Naga

Sejarah/asal usul Kampung Naga menurut salah satu versi nya bermula pada masa kewalian Syeh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, seorang abdinya yang bernama Singaparana ditugasi untuk menyebarkan agama Islam ke sebelah Barat.
Kemudian ia sampai ke daerah Neglasari yang sekarang menjadi Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Di tempat tersebut, Singaparana oleh masyarakat Kampung Naga disebut Sembah Dalem Singaparana. Suatu hari ia mendapat ilapat atau petunjuk harus bersemedi. Dalam persemediannya Singaparana mendapat petunjuk, bahwa ia harus mendiami satu tempat yang sekarang disebut Kampung Naga.

Nenek moyang Kampung Naga yang paling berpengaruh dan berperan bagi masyarakat Kampung Naga "Sa Naga" yaitu Eyang Singaparana atau Sembah Dalem Singaparana yang disebut lagi dengan Eyang Galunggung, dimakamkan di sebelah Barat Kampung Naga. Makam ini dianggap oleh masyarakat Kampung Naga sebagai makam keramat yang selalu diziarahi pada saat diadakan upacara adat bagi semua keturunannya.

Namun kapan Eyang Singaparana meninggal, tidak diperoleh data yang pasti bahkan tidak seorang pun warga Kampung Naga yang mengetahuinya. Menurut kepercayaan yang mereka warisi secara turun temurun, nenek moyang masyarakat Kampung Naga tidak meninggal dunia melainkan raib tanpa meninggalkan jasad. Dan di tempat itulah masyarakat Kampung Naga menganggapnya sebagai makam, dengan memberikan tanda atau petunjuk kepada keturunan Masyarakat Kampung Naga.

Ada sejumlah nama para leluhur masyarakat Kampung Naga yang dihormati seperti: Pangeran Kudratullah, dimakamkan di Gadog Kabupaten Garut, seorang yang dipandang sangat menguasai pengetahuan Agama Islam. Raden Kagok Katalayah Nu Lencing Sang Seda Sakti, dimakamkan di Taraju, Kabupaten Tasikmalaya yang mengusai ilmu kekebalan "kewedukan". Ratu Ineng Kudratullah atau disebut Eyang Mudik Batara Karang, dimakamkan di Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, menguasai ilmu kekuatan fisik "kabedasan". Pangeran Mangkubawang, dimakamkan di Mataram Yogyakarta menguasai ilmu kepandaian yang bersifat kedunawian atau kekayaan. Sunan Gunungjati Kalijaga, dimakamkan di Cirebon menguasai ilmu pengetahuan mengenai bidang pertanian.


Kampung Naga secara administratif berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Lokasi Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan kota Tasikmalaya. Kampung ini berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah, di sebelah Barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah Selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan di sebelah Utara dan Timur dibatasi oleh sungai Ciwulan yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikuray di daerah Garut. Jarak tempuh dari Kota Tasikmalaya ke Kampung Naga kurang lebih 30 kilometer, sedangkan dari Kota Garut jaraknya 26 kilometer. Untuk menuju Kampung Naga dari arah jalan raya Garut-Tasikmalaya harus menuruni tangga yang sudah ditembok (Sunda sengked) sampai ke tepi sungai Ciwulan dengan kemiringan sekitar 45 derajat dengan jarak kira-kira 500 meter. Kemudian melalui jalan setapak menyusuri sungai Ciwulan sampai ke dalam Kampung Naga.
Lokasi:  Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Kurang lebih 30 kilometer dari Kota Tasikmalaya, 26 kilometer dari Kota Garut.

2. Goa Anteg

Gua Anteg merupakan Situs peninggalan Ratu Sukakerta Srigading Anteg, saat ini Situs gua Anteg selain berfungsi sebagai objek wisata budaya, juga sebagai objek wisata petualangan (penelusuran gua) banyak dikunjungi, baik oleh para pecinta alam maupun para pengunjung dengan minat khusus(ziarah). Bagi para pecinta alam, khususnya para caver pemula, gua ini cukup baik untuk arena pelatihan, selain tingkat kesulitan dan tingkat bahaya pada kategori sedang, juga medannya yang cukup menantang karena mempunyai tingkat kesulitan yang cukup bervariasi.

Para pengunjung dengan minat khusus juga banyak berkunjung ke gua ini, pada waktu-waktu tertentu (gua Anteg biasa digunakan oleh para penziarah melakukan kunjungan), biasanya bulan Maulud, Safar, Ramadhan dan lain-lain. Seperti gua-gua lainnya yang berkaitan dengan sejarah, Gua Anteg dikaitkan juga dengan perjalanan Syech Abdul Muhyi sebelum menemukan gua Safarwadi di Pamijahan dan juga cerita Sunan Rahmat (Kean Santang  Putra Prabu Siliwangi), yang konon ada petilasannya di sekitar gua tersebut  (di dalam bangunan mushola).

Nama Anteg  sendiri diambil dari nama salah seorang tokoh Kerajaan Sukakerta setelah masa kerajaan Galunggung, yaitu Sri Anteg, Gua ini oleh masyarakat sekitar diyakini merupakan salah satu tempat yang berkaitan dengan aktifitas ritual Sri Gading Anteg. Gua dengan panjang 342 meter ini, cukup komplit jika dilihat dari keragaman ornamennya, ada stalacmit, stalactit, gourdin dan lain-lain. Hanya pada beberapa lorong terdapat bekas rerutuhan Stalacmit(cave breakdown) yang mengindikasikan adanya tingkat kerentanan batuan yang harus diwaspadai. Gua ini selain dijadikan objek tujuan wisata budaya, juga wisata/olah raga petualangan.
Banyak catatan yang menunjukan bahwa gua Anteg ini sering diekspose di media masa, baik di media cetak maupun media elektronik sehingga gua ini sering dikunjungi oleh para penziarah, baik yang berasal dari Tasikmalaya,maupun di luar Tasikmalaya bahkan banyak juga pengunjung yang berasal dari luar provinsi.

3. Situs Kabuyutan Nagaratengah


Nama Nagaratengah sudah ada sejak jaman Kerajaan Galuh Hindu, ketika kerajaan berbentuk federasi. Mahaprabu Galuh membagi kerajaan yang salah satu diantaranya adalah Kerajaan Galuh Nagaratengah yang diperintah oleh Prabu Agung Danumaya dengan jumlah rakyat mencapai ± 1000 orang. Kemudian dilanjutkan oleh Prabu Wangsa Dedaha, lalu oleh Prabu Agung Ranggakusumah. 
Ketika Cipta Sanghyang Permana naik tahta sebagai Mahaprabu Galuh, ibukota kerajaan (dayeuh) pindah ke Nagaratengah. Letak ibukota antara sungai Cihapitan dan Cibodas (Sayung Desa Karanglayung) Kemudian penggantinya adalah Mahaprabu Cipta Permana (sebelumnya berdiam di Cimaragas) yang sudah memeluk agama Islam dan membagi kerajaan menjadi 6 Kerajaan kecil (Kadaleman). Selanjutnya, Kadaleman Nagaratengah dibangun pada 1583 oleh Pangeran Aria Panji Subrata. jarak lk. 25 km  dari pusat kota Tasikmalaya, luas 3 Ha,  berbagai situs yang ada:
1. Desa Nagaratengah
a. Dusun Mekarsari
Di dusun ini terdapat  BCB yang merupakan milik Idi Sukandi berupa pedang dan  rangkanya, serta gelang kuningan dengan ukuran sebagai berikut:
- Pedang : Panjang : 59 cm
Panjang tangkai : 11 cm
Bahan : logam besi 
Pada tangkai pedang terdapat simbol berbentuk elips dari bahan  kuningan berukuran diameter panjang 3 cm dan diamter pendek 2 cm, di permukaaannya terdapat hiasan berupa garis-garis.
- Gelang: Diameter logam : 1,3 cm 
Diameter gelang : 8,5 cm
                Warna : kuning kemerahan 
Bahan : logam perunggu
b. Dusun Ciwarulang 
Di dusun ini terdapat makam keramat yang biasa disebut sebagai Makam Dayang Kancana, akan tetapi kondisi makam sudah mengalami perubahan karena adanya penembokan dan sudah tidak dapat dikenali bentuk aslinya.
c. Dusun Tanjungsari (Nyengkod)
Di dusun ini terdapat suatu punden berundak yang terdiri dari tiga teras. Di teras atas terdapat dua makam Islam yang dikelilingi tembok persegi empat. Di sudut timur laut, dari bangunan tersebut terdapat satu menhir dari batuan andesit, dan di bagian kakinya menempel batu altar berbentuk segitiga. Adapun ukuran menhir tersebut adalah tinggi 57 cm, lebar 28 cm dan tebal batu 16 cm.  Situs ini juga dikenal sebagai makam Garatengah.

Di dalam bangunan tembok terdapat jirat makam Makam Kyai Abdul Rohaniah yang telah ditata ulang, panjang 270 cm, lebar 190 cm. Disebelah timurnya terdapat jirat makam istri beliau (Dewi Pertala) juga sudah ditata ulang berukuran panjang 230 cm, lebar 160  cm. Vegetasi yang tumbuh di punden ini adalah pohon kiara, rotan, aren, beringin, petai, singkong dan padi. 
Sekitar 50 m kearah sebelah timur terdapat komplek makam yang sudah mengalami penataan ulang. Di lingkungan makam ini terdapat jirat makam Pangeran Aria Panji Kusumah berukuran panjang 350 cm, lebar 190 cm, dan jirat makam istrinya yang bernama Ratna Ayu Gading Pangrungu berukuran panjang 280 cm, lebar 170 cm. Kedua jirat tersebut berada pada suatu struktur persegi empat yang berukuran panjang 560 cm, lebar 630 cm. Di area yang sama sekitar 100 m kearah selatan terdapat aretfak nisan perkembangan dari bentuk gada berukuran tinggi 56 cm, lebar 23, tebal 9 cm. Komplek makam dengan luas 140 m2 ini berada di sebelah barat meander sungai Cihapitan yang mengalir dari barat ke-timur. Tanaman yang tumbuh di lingkuan makam ini di antaranya bungur, pukih/nam-nam, aren, kodoya, nyatuh.
Sedangkan di Blok Garatengah masih terdapat beberapa lokasi yang diduga merupakan situs di antaranya 
a. Dipuncak Gunung Putri, informasi dari masyarakat terdapat hamparan batu 
    berbentuk persegi empat dan dikenal sebagai makam seorang Putri.
b. Di puncak Gunung Ujung, diinformaskani terdapat makam 
c. Di Gunung Gajah, oleh masyarakat informasikan dipakai sebagai tempat pemujaan.
d. Nanggerang, diinformasikan oleh masyarakat terdapat makam Jaksa Anggapraja yang oleh masyarakat
    populer disebut sebagai Mbah Jaksa.
e. Sumbang Situ, diinformasikan di puncak nusa Sumbang Situ terdapat makam Sutadiwangsa.
f. Di areal perkebunan karet PT. Wiria Cakra tepatnya di lereng Gunung Celeng diinformsikan terdapat Batu
   Celeng dan Batu Lumpang yang oleh masyarakat dikenal sebagai kawah.

4. Situs Sukamanah (KH. Zaenal Mustofa)

Situs Sukamanah (KH. Zaenal Mutofa), terletak di Kp. Bageur  Desa Cimerah Kecamatan Singaparna, jarak sekitar 15 Km dari pusat kota Tasikmalaya, salah satu peninggalan sejarah Kemerdekaan, sebagai symbol perlawanan terhadap penjajahan Jepang.
Riwayat singkat KH. Zaenal Mustofa merupakan Ulama Besar yang dianugrahi sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia, bahkan sebagai rasa hormat dan terimakasih masyarakat Tasikmalaya menjadikan nama beliau sebagai nama salah satu Jalan di pusat perkotaan Tasikmalaya.
KH. Zaenal Mustofa dilahirkan dari keluarga petani di Kampung Bageur Desa Cimerah Singaparna tahun 1901. Pada masa kecilnya beliau bernama Hudaeni. Sejak kecil beliau sudah mendapatkan ilmu agama dari guru-guru di desa tempat kelahirannya. Hudaeni kecil sangatlah cerdas dalam menerima ajaran sehingga Hudaeni meneruskan pendidikan agamanya di sejumlah Pondok Pesantren di Jawa Barat. Selama 17 tahun, Hudaeni merantau kesana kemari menimba berbagai ilmu agama termasuk di Pesantren Gunung Pari dan Cileunga. Dikalangan teman-temannya Hudaeni dikenal suka berdialog dan bertukar pikiran dalam membahas berbagai persoalan sehingga beliau direkomendasikan untuk berangkat ke Makkah dan Madinah, menuntut ilmu sambil menunaikan ibadah haji.
Sepulang dari tanah suci, Hudaeni bernama KH. Zaenal Mustofa dan mendirikan Pondok Pesantren di kampung halamannya yakni di Kampung Bageur. Pesantren ini didirikan pada tahun 1927 M dengan diberi nama Pondok Pesantren Sukamanah. Seiring berjalannya waktu, pesantren Sukamanah berkembang sangat pesat. Selain semakin bertambahnya jumlah santri, KH. Zaenal Mustofa juga melakukan pembaharuan dalam system pendidikannya antara lain pada tahun 1930-an pesantren ini memberikan Tafsir Al-Qur’an dalam Bahasa Sunda untuk memudahkan pemahaman akan kandungan makna Al-Qur’an. Disamping itu beliau juga mengajarkan Bahasa Belanda terhadapsantri-santrinya, sehingga pesantren ini menjadi pesantren terbesar dan sebagai pusat gerakan syiar dakwah Islam di seluruh priangan Timur.
Di era 1940-an gejolak perlawanan terhadap pemerintah kolonial kembali berkobar di pelosok negeri ini, demikian pula di Tasikmalaya. Di usianya yang ke-40, KH. Zaenal Mustofa dengan gagah berani membangkitkan semangat kebangsaan, bersatu mengangkat harkat dan martabat bangsa ini dari penjajahan. Sikap ini timbul dari keyakinan yang teguh terhadap ajaran agama Islam, bahwa penjajahan oleh suatu bangsa terhadap bangsa lain adalah perbuatan mungkar, dan kemungkaran wajib dilawan dan diberantas, sehingga pada tanggal 17 Nopember 1941, KH Zaenal mustofa bersama kawan-kawannya termasuk KH Ruhiyat dari Pesantren Cipasung, H Siroj, Hambali dan Safi’i ditangkap oleh Belanda atas tuduhan “menghasut rakyat”.Sejak itu ribuan santri mengumandangkan taqbir dan berjihad untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Kemudian pada tanggal 10 Januari 1942 KH Zaenal Mustofa bersama sahabat-sahabatnya dibebaskan sebagai upaya meredakan perlawanan tersebut. Akan tetapi perlawanan KH. Zaenal Mustofa dan santri-santrinya tidak berhenti, beliau ditangkap dan dimasukan kembali ke penjara di Ciamis bulan  Februari 1942. Kemudian tentara Jepang membebaskan KH. Zaenal Mustofa pada bulan Maret 1942, dengan harapan dikemudian hari beliau mau bekerjasama dan membantu Jepang.
Namun kenyataannya lain, semangat patriotik dan nasionalisme yang di dasari keimanan yang teguh kepada Alloh SWT dalam melawan setiap kemungkaran, KH. Zaenal Mustofa kembali mengadakan perlawanan terhadap kaum penjajah. KH. Zaenal Mustofa juga secara terang-terangan menolak pelaksanaan “Seikeirei” (penghormatan terhadap kaisar Jepang) sebab perbuatan ini bertentangan dan akan menghancurkan tauhid umat Islam. Selain itu KH. Zaenal Mustofa menentang pelaksanaan “Romusha” karena dianggapnya merendahkan harkat dan martabat bangsa ini. Tanggal 25 Januari 1944, KH. Zaenal Mustofa merencanakan perlawanan terhadap penjajah Jepang, akan tetapi rencana tersebut tercium oleh Jepang dan Jepang pun mengirimkan utusannya ke Pesantren Sukamanah untuk melakukan perundingan dengan KH. Zaenal Mustofa. Akhir dari perundingan tersebut tidak menggoyahkan KH. Zaenal Mustofa untuk terus melakukan perlawanan terhadap pihak Jepang. 
Akhir Bulan Februari, Jepang mengirimkan pasukannya dalam jumlah yang banyak dengan persenjataan yang lebih lengkap untuk menumpas KH. Zaenal Mustofa, maka pecahlah pertempuran sengit antara pasukan Jepang melawan KH. zaenal mustofa dan santri-santrinya yang hanya bersenjatakan golok dan bambu runcing. Pertempuran ini dekenal sebagai “Pertempuran Singaparna”. Berhubung kekuatan yang tidak seimbang, pertempuran ini dimenangkan oleh penjajah Jepang. Sebanyak 89 orang santri gugur dalam pertempuran ini dan KH. Zaenal Mustofa beserta 22 pengikutnya ditangkap dan dibawa ke Bandung. Kemudian pada tanggal 25 Oktober 1944  KH. Zaenal Mustofa dan pengikutnya dieksekusi mati di Jakarta. Berkat jasa-jasanya beliau dianugerahi gelar pahlawan Pergerakan Nasional melalui SK Presiden RI No. 064/TK/tahun 1972 tanggal 6 Nopember 1972. 

5. Situs Sodonghilir (Syeikh Tubagus Anggariji)

Lokasi khas ziarah Sodonghilir (Seikh Tubagus Anggariji)  dan gua Daha berlokasi di Desa Cikalong Kecamatan Sodonghilir. Berjarak sekitar 50 km dari  pusat kota Tasikmalaya.  Luas area sekitar 2 Ha, Seikh Tubagus Anggariji berasal dari Banten. Beliau adalah murid Seikh Abdul Muchyi Pamijahan yang menyebarkan agama islam di wilayah Jawa Barat Selatan.
Dalam menyebarkan agama Islam, dalam menyebarkan agama Islam selain berkeliling pelosok Desa beliau mengajarkan agama di dalam gua yakni gua Daha/Rahong, mengingat situasi keamanan yang tidak aman.
Syech Tiubagus Anggariji adalah santrinya Waliyulloh Syech H. Abdul Muhyi Pamijahan. Menurut informasi dari beberapa kasepuhan, para pendahulu, beliau  adalah keturunan Banten Syech Maulana Hasanudin, beliau datang ke Pamijahan di utus orang tuanya untuk menuntut Agama Islam di Pesantren Seikh H. Abdul Muhyi Pamijahan.
Selama berguru kepada Seikh H. Abdul Muhyi, Seikh Tubagus Anggariji cukup menonjol sekali didalam menuntut ilmunya sehingga oleh gurunya diberi kepercayaan untuk memimpin/ mengepalai beberapa rekan santri yang lain. Beliau diangkat sebagai Lurah santri atau Rois.
Karena melihat kepandaian dan kecerdasan beliau, kepercayaan gurunya semakin bertambah kepadanya, sehingga gurunya memberi tugas untuk menyebar luaskan ilmu agama Islam di Kampung Jati Desa Cikalong Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya.
Banyak kepercayaan masyarakat terhadap beliau karena melihat banyaknya ilmu yang disampaikan, selain dari itu kelainan yang dimiliki beliau yaitu di bidang qiro’at mengalunkan kalam Illahi dan adzan. Dalam status keluarga beliau adalah perjaka/bujangan sampai akhir hayatnya beliau tidak pernah beristri (1529 M). 
Gua Daha/Rahong banyak memiliki keindahan yang melambangkan perjuangan Seikh Tb. Anggariji ketika menyebarkan agama Islam. Sehingga hal ini dapat menarik perhatian untuk ditapakuri dan disyukuri atas kebesaran Alloh SWT dsn gus ini memiliki panorama alam indah, sehingga dari keistimewaan Gua itu dapat membuat penasaran untuk dikunjungi, sekaligus melihat tapak jejak perjuangan Seikh Tubagus Anggariji dalam menyebarkan agama Islam. 
Setelah beberapa lama beliau bermukim di kampung Jati Desa Cikalong beliau meninggal dunia dan  di makamkan di kampong Jati yang dikenal sekarang lokasi ziarah Seikh Tubagus Anggariji.

6. Goa Cupu Agung

Goa Cupu Agung yang letaknya di Dusun Cikebi Desa Linggalaksana Kecamatan Cikatomas, sering juga di sebut goa Sukarno. Selain banyak dikunjungi oleh para peziarah umum, konon goa ini biasa di kunjungi oleh keluarga Sukarno (Presiden Pertama Republik Indonesia), menurut penuturan juru kunci di goa tersebut, konon sering muncul/penampakan “ghaib Mantan Presiden Pertama Republik Indonesia”, mitos yang menarik ini, merupakan daya tarik tersendiri bagi para pengunjung, khususnya bagi para penggemar/pengikut fanatic ajaran Sukarno.


Goa yang cukup menarik dari segi artistic, selain mempunyai tingkat kesulitan/bahaya rendah, juga akses menuju gua cukup mudah. Goa dengan panjang 187 meter ini, cukup komplit jika dilihat dari keragaman ornamennya, ada stalacmit, stalactit, gourdin, dll. Goa ini selain digunakan untuk tujuan ziarah juga kegiatan, petualangan dan rekreasi, karena 2 km dari lokasi tersebut terdapat salah satu tempat/pemandangan yang terbaik di Kabupaten Tasikmalaya, yaitu Pasir Nalangsa.
Goa ini sudah dibenahi, khususnya untuk kunjungan ziarah, hal ini dapat dilihat dari tangga yang sudah dibangun, tempat pertapaan yang cukup nyaman dan akses menuju mulut gua cukup baik. 

7. Situs Kaputihan 

Situs Kaputihan terletak di Desa di daerah Karoman Desa Purwahayu Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya. Nama Kaputihan diambil dari perubahan agama hindu dan perilaku orang-orangnya waktu itu yang dianggap kotor menjadi agama Islam sekaligus dapat merubah perilaku dan cara beribadat yang dianggap bersih atau putih.
Sebelum dinamai Kaputihan daerah ini biasa disebut Pamujaan orang-orang hindu di tata Sukapura, sedangkan yang berkuasa saat itu adalah Prabu Sanghyang Adegan dengan para pembantunya Prabu Kalang Jajar, Prabu Kalang Manafa, Prabu Puhun Mangkubumi dan Prabu Bentang, pada waktu itu semua rakyat di daerah tersebut memeluk agama Hindu.

Riwayat Singkat  Situs Kaputihan 
Pada jaman kerajaan Hindu daerah Copo/Kaputihan berada dalam wilayah kerajaan Galuh yang konon dipimpin oleh seorang raja bernama CIUNG WANARA. Raja Galuh mengutus 3 penggawa kepercayaannya yakni PRABU SANGIANG ADEGAN dengan 2 (dua) orang hulu balang bernama PRABU KALANG JAJAR dan PRABU PUNUH MANGKUBUMI untuk meperluas daerah kekuasaanya sambil menyebarkan Agama Hindu untuk meningatkan kemakmuran kerajaan Galuh. Untuk mempercepat hubungan ke daerah keputihan Raja CIUNG WANARA mengangkat PRABU KALANG MANAP dan PRABU KALANG BENTANG. Berkat kelincahan PRABU SANGIANG ADEGAN perkembangan Hindu tersebut mencapai ke  daerah Sukapura.
Menurut hikayat, beberapa tahun kemudian ke daerah Copo/Kaputihan kedatangan seorang Waliyulloh yang diutus Kerajaan Demak untuk menyebarkan Agama Islam, yang bernama SEIKH HAJI SAKTI DARMAJATI MEDAL SAKING KUDRATULLOH, dengan membawa misi menaklukan pusat pemujaan Agama Hindu dan menyebarkan Agama Islam. Dengan kesaktian PRABU SANGHIANG ADEGAN seakan-akan daerah Copo bergoyang dan labil, namun SEIKH HAJI telah dibekali sebuah Cepuk yang dinamai CUPU MANIK untuk melawan kesaktian orang Hindu. Khasiat dari Cepuk tersebut apabila dilemparkan, maka Tanah yang bergoyang dan labil kembali seperti semula. Adu kesaktian tersebut memakan waktu berbulan-bulan dan akhirnya seluruh penganut Agama Hindu takluk kemudian masuk islam termasuk PRABU SANGIANG ADEGAN dan Hulu balangnya.
Peninggalan yang masih ada sampai sekarang, adalah :
- BATU SANGIANG ADEGAN, posisi Berdiri Tegak, tinggi ± 170 cm dan Garis Tengah ± 42 Cm. 
- BATU PANGKON, posisinya Berbaring, memiliki panjang ± 70 Cm dan Garis Tengah ± 31 Cm. konon Batu ini dibuat oleh Prabu Kalang Manap, 
- BATU ALAM, posisinya Berbaring, memiliki panjang ± 120 Cm. Garis Tengah ujung yang besar ± 20 Cm dan Ujung yang kecil ± 10 Cm. konon batu ini dibuat oleh Prabu Kalang Bentang, dan berkhasiat untuk menentukan alam sampai alam ke 12 maksudnya hari Qiamat dan sampai sekarang sudah menjadi 5 keping.
- KURSI dan MEJA dari Batu 1 Stel, tempat musyawarah para Prabu, 
- BATU BAKI tempat menyimpan sesajian, berukuran Panjang ± 35 Cm, Lebar ± 20 Cm. memiliki 4 (empat) kaki tingginya ± 15 Cm.
- SANGHYANG BATU DATAR sebanyak 2 buah, berukuran tinggi ± 120 Cm. Dan lebar ± 170 Cm. Diperkirakan Batu tersebut merupakan Pintu Gerbang.
- BATU MERIAM, sebanyak 2 buah dengan ukuran Panjang ± 110 Cm.
- BATU JAMBANGAN AIR /JAHAS, ada 3 ( tiga ) Buah yang memiliki ukuran yang berbeda, yakni :
1. Batu Jahas yang berukuran Tebal ± 5 Cm, tinggi  ± 38 Cm dan Garis Tengah ± 67 Cm. 
2. Batu Jahal yang berukuran Tebal ± 4 Cm, tinggi ± 35 Cm dan Garis Tengah ± 50 Cm.
3. Batu Jahal yang berukuran Tebal ± 7 Cm, tinggi ± 35 Cm dan Garis Tengah ± 43 Cm.
Konon Batu jahas tersebut berisi air yang tidak pernah kering. Menurut Kuncen ( Penjaga Situs ), air dari masing- masing Jambangan / Jahas memiliki khasiat yang berbeda-beda yaitu:
1. Air Batu Jahas yang pertama untuk mencuci tangan agar manusia selalu bersih hatinya,
2. Air Batu Jahas yang Kedua, apabila diteteskan kemata dapat melihat hal-hal yang bermanfaat,
3. Air Batu Jahas yang ke Tiga, untuk menyuburkan tanaman padi atau tanaman lainnya. 

8. Situs Kabuyutan Linggawangi

Berbagai peniggalan purbakala yang ada di lokasi Kabuyutan Linggawangi menjadi bukti adanya pemerintahan masa silam yakni Kerajaan Galunggung, setelah pemerintahan dalam bentuk kebataraan, yaitu  Kebataraan Galunggung, salah satu penguasa galunggung pada masa kerajaan adalah Batary Hyang. Lokasi situs terdapat di sekitar lokasi Saung Galah (lokasi pernah berdirinya Saung Gede/saung galah/Keraton) yakni di Desa Linggawangi Kecamatan Leuwisari, di sekitar lokasi tersebut terdapat lokasi situs Geger Hanjuang lokasi ditemukannya  Benda Cagar Budaya (prasasti Geger Hanjuang) yang menyatakan berdirinya kerajaan Galunggung pada tahun 1111 masehi.
Kepercayaan tradisional penduduk desa Linggawangi yang menganggap Rumantak sebagai bekas keraton Galunggung ternyata dalam dan didukung oleh prasasti Geger Hanjuang. Kampung Gegerhanjuang tempat ditemukannya prasasti dank ke 12 periuk keramik kecil untuk bahan dapat diperkirakan hampir pasti bekas kabuyutan Galunggung. Di sanalah mungkin para penguasa Galunggung dipusarakan. Prasasti Raja-raja Sunda sampai saat ini biasanya ditemukan pada komplek kabuyutan. 

9. Situs Geger Hanjuang

Situs Geger Hanjuang  terletak dibukit Geger Hanjuang Desa Linggawangi Kecamatan Leuwisari, dari lokasi tersebut ditemukan berbagai peninggalan sejarah termasuk Prasasti (yang kini disebut prasasti geger hanjuang). Tidak jauh dari lokasi tersebut  terdapat tempat yang diberi nama Saung Gede yang dalam sejarah disebut Saung Galah, artinya Keraton (pusat pemerintahan kerajaan Galunggung), dan Kabuyutan Sanghyang Linggawangi sebuah kebuyutan yang dianggap sakral pada jamannya.
Prasasti Geger Hanjuang  merupakan prasasti ke 10 yang ditemukan di Jawa Barat. ditemukan oleh K.F. Holle kira-kira pada tahun1877, kemudian dibawa dan disimpan oleh Dr. Krom pada tahun1914. Kini masih terpelihara dan disimpan di Museum Pusat Jakarta dengan nomor inventaris D.26.
Prasasti Geger Hanjuang dibuat tahun 1033 Saka yang bertepatan dengan tahun 1111 Masehi. Prasasti ini dibuat 81 tahun setelah prasasti Raja Sunda Sri Jayabupati yang ditemukan di Cibadak, Sukabumi.
Dengan ditemukannya naskah Negara Kertabumi yang telah ditranskripsikan oleh Drs. Atja, posisi prasasti Geger Hanjuang dalam urutan pemerintahan Raja-raja di Jawa Barat dapat ditempatkan lebih akurat. Naskah ini ditulis dalam huruf dan Bahasa Kuno. Walaupun uraiannya terhitung muda, selesai ditulis tahun 1697, akan tetapi akan penulisannya berdasarkan naskah-naskah kuno, kadar sejarah yang dikandungnya sangat tinggi. Kecocokannya dengan tahun dan nama Raja-raja yang disebut dalam prasasti-prasastinya diseluruh pulau Jawa (termasuk prasati Tarumanagara), dapat mencengangkan para ahli sejarah. Kadang-kadang apa yang masih merupakan teori sejarah, dalam naskah tersebut justru sudah menjadi kisah sejarah.

10. Mesjid Manonjaya

Mesjid Manonjaya secara administratif terletak di Kampung Kaum, Desa Manonjaya, Kecamatan Manonjaya. Lokasi masjid sangat mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua dan empat. 
Mesjid Manonjaya dibangun pada tahun 1832 berkaitan erat dengan Sejarah Kerajaan Sukapura dan proses berdirinya Ibukota Tasikmalaya. Hingga kini mesjid atau disebut “kaum” masih berdiri megah. Kondisi keaslian bangunannya masih tetap terjaga dan terawat. Digunakan sebagai pusat kegiatan keagamaan. Menurut cerita, kedua menara atau kubah (menara pelangan/laki-laki dan menara pawadonan/perempuan) dengan mahkota antiknya masih seperti bentuk aslinya. Kedua mahkota yang pada puncaknya berbentuk kuncup bunga merupakan hasil pemberian Syeikh Abdul Muhyi dari Goa Pamijahan sekitar abad ke-18 M. Kedua kubah “kaum” ini mempunyai makna tersendiri. Kubah Pelangan, dibawahnya khusus tempat beribadah kaum laki-laki, sedang di bawah Kubah Pawadonan tempat ibadah perempuan. Selain sebagai tempat ibadah, juga sering dipakai sebagai tempat nikah warga Manonjaya dan sekitarnya. Bahan kubah terbuat dari keramik berasal dari Kawasem Jawa Tengah.

Mesjid Manonjaya dengan konnstruksi beton yang kokoh dan berarsitektur campuran budaya Islam (Timur Tengah) dan Eropa. Mesjid ini mampu menampung jamaah sebanyak 5000 orang. Denah bangunan persegi panjang dengan serambi depan yang luas dan memiliki banyak tiang penyangga. Dinding dari beton dengan motif hias bergalur dan bermotif flora. Lantai Bangunan ditinggikan ± 2,5 m dengan 6 anak tangga menuju pintu utama dengan melewati serambi bagian depan. Bangunan beratap genteng tampak seperti 2 bagian karena serambi yang bertiang 61 tiang, diapit oleh 2 menara beton berjendela dan berpintu. Bentuk tiang penyangga membulat dengan diameter ± 1,5 m dengan tinggi 5m. Menara memiliki 6 Jendela rangkap berdaun ganda berukuran ± 2m x 1m, terbuat dari kayu dan kaca. Pintu ruangan bawah menuju berukuran ± 3m x 1,5 m. Pintu mesjid terbat dari kacadan kayu berukuran 3m x 1,20 m dengan daun ganda dan berventilasi pada bagian atasnya. Jendela mesjid berdaun ganda terbuat dari kayu berkisi-kisi dengan ukuan 2m x 1,5m. Lantai tegel merah berukuran 30cm x 30cm. Memiliki halaman yang cukup luas dengan taman dan bangunan tambahan.

11. Makam dan Goa Pamijahan

Secara administratif terletak di Kampung Pamijahan, Desa Pamijahan, Kecamatan Bantarkalong. Situs terletak di daerah pedesaan yang areanya dimanfaatkan sebagai tempat perumahan penduduk, pasar, sawah, ladang, dan hutan. Area tersebut menempati lahan berbukit dan bergelombang. Situs termasuk cukup ramai didatangi pengunjung. Untuk mencapai ke lokasi dijangkau dari jalan raya bisa hanya bisa dicapai dengan jalan kaki menuju makam sekitar 500m, sedangkan menuju goa sekitar 2 km.
Pamijahan merupakan goa alam dan makam penyebar agama Islam. Makam Waliyullah Safardi, keluarga dan pengiringnya. Terletak dalam bangunan empat persegi panjang. Di luar bangunan di sekitarnya terdapat makam-makam keluarga. Makam-makam dalam bangunan lapisan pertama berjumlah 24, kemudian dalam ruangan lapisan kedua berjumlah 11, dan lapisan ketiga merupakan makam utama yang tertup dinding lagi.
Goa pamijahan terletak cukup jauh dari makam, memiliki mulut goa yang cukup lebar dan tinggi. Di dalam goa orang bisa berdiri tegak dengan stalaktit dan stalakmit yang kokoh. Goa ini cukup dalam dengan ruangan-ruangan yang seolah-olah disekat sebagai tempat pertapaan, pesantren, mushola, mimbar, lubang-lubang seperti mulut goa di dalam goa (menurut cerita, lubang tersebut adalah jalan tembus menuju Banten, Cirebon, bahkan Mekah), memiliki mata air yang jernih (dikenal sebagai air zam zam). Jalur jalan dalam gua dialiri air dan berbatu-batu. 

Dalam sejarah lisan, gua Pamijahan adalah goa yang pernah menjadi tempat hunian Syeikh Abdul Qodir Jaelani ± 200 sebelum Syeikh H. Abdul Muhyi menerima ilmu agama dari gurunya, Syeikh Imam Sanusi. Letak goa di kaki bukit Gunung Mujarod. Kata mujarod berarti penenangan karena di dalam goa itulah Syeikh Abdul Muhyi sering mendekatkan diri kepada Allah atau bersemedi. Kemudian kata pamijahan berasal dari masa sebelum hidupnya, yaitu Saparwadi. Saparwadi berasal dari bahasa Arab, sapar artinya jalan dan wadi berarti lembah atau jurang atau menjadi jalan yang berada di atas jurang. 

12. Goa Malawang

Goa Malawang merupakan sebuah kompleks goa yang terletak di tengah perkebunan, berupa sekumpulan goa dan ceruk. Masyarakat sekitar menamakan kompleks Gua Malawang dengan bermacam nama, seperti Malawang, Batu Masigit, Keraton, Oyod, dan Gorin. Satu hal yang menarik dari penamaan tersebut adalah Gorin, yaitu nama setempat untuk semacam tempayan air dari gerabah.
Penamaan Gorin diberikan pada kompleks goa tersebut berdasarkan adanya temuan Gorin oleh Taryana, Kepala Sekolah SKB Tasikmalaya tahun 1993 di salah satu goa. Temuan arkeologis yang berhasil ditemukan berupa 13 buah pecahan gerabah kuno.
Kemudian penelitian dilangsungkan beberapa kali, antara lain oleh Balai Arkeologi Bandung. Temuan arkeologis yang ditemukan antara lain berupa fragmen gerabah, fragmen keramik, alat batu berupa perkutor dan kapak batu, dan tulang-tulang binatang. Anda dapat mencapai tempat ini dan mengamati berbagai penemuan menarik dengan kendaraan roda dua atau roda empat, melewati perkebunan karet, untuk selanjutnya berjalan kaki.

Sabtu, 01 Oktober 2016

Wisata Air Terjun / Curug di Tasikmalaya

1. Curug Ciparay


Curug Ciparay ini berada di Kec.Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya tepatnya di Desa Cidugaleun, berjarak sekitar kurang lebih 17km dari pusat kota Singaparna. Curug ini memiliki debit air yang lumayan deras, curug ini juga disebut sebagai curug kembar, karena memiliki 2 curug yang berdekatan.

Akses ke curug ini memang sangat sulit. Selain jalannya yang kurang bagus, jalan menuju curug ini juga terjal, penuh tanjakan dan turunan. Perlu motor yang benar-benar fit untuk menuju ke tempat ini.
Tapi perjalanan anda yang menantang dan cukup melelahkan untuk menuju ke Tempat ini akan terbayar dengan Keindahan dan Kesejukan alam di sekitar Curug. Curug ini bisa di akses oleh kendaraan roda empat maupun roda dua.

2. Curug Batu Blek


Curug Batu Blek berada di  Desa Santana Mekar Kec.Cisayong Kabupaten Tasikmalaya, berjarak sekitar kurang lebih 10km dari pusat kota Cisayong tepatnya Pagendingan. Curug ini memiliki debit air yang tidak terlalu deras sehingga kita bisa berenang di sekitaran curug.

Jalanan menuju curug ini sudah baik dan lumayan bagus sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai, Keindahan alam di perjalanan dan sekitar curug membuat anda betah untuk berlama-lama di curug ini. Curug ini hanya bisa di akses oleh kendaraan roda dua.

3. Curug Putih


Curug Putih masih berada di Desa Santana Mekar Kecamatan Cisayong satu tempat dengan Curug Batu Blek, tapi di Curug ini kita tidak bisa berenang meskipun air curugnya lumayan tinggi namun memiliki kedalaman yang dangkal dan hanya bebatuan yang ada di sekitar Curug.

Akan tetapi kita masih bisa menikmati Keindahan curug ini dengan jarak dekat karena air Curugnya tidak terlalu deras. Curug ini hanya bisa di akses oleh kendaraan roda dua.

4. Curug Gado Bangkong


Curug Gado Bangkong berada di Desa Santana Mekar Kec.Cisayong Kabupaten Tasikmalaya, berjarak sekitar kurang lebih 12km dari pusat kota Cisayong tepatnya Pagendingan. Curug ini memiliki debit air yang lumayan deras akantetapi memiliki kedalaman yang dangkal.

Perjalanan untuk mencapai curug ini lumayan melelahkan, selain jalanan yang tidak terlalu bagus kita juga akan melalui jalanan yang curam karena menyusuri jalanan yang bersebelahan dengan jurang sehingga harus sangat berhati-hati untuk melewati jalanan tersebut. Curug ini sangat mudah di jangkau karena lokasinya tidak jauh dari tempat parkir tapi hanya dapat di akses oleh kendaraan roda dua.

5. Curug Cimedang


Curug Cimedang berada di Kec.Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya tepatnya di Desa Malaganti, berjarak sekitar kurang lebih 15km dari pusat kota Singaparna. Curug ini memiliki debit air yang tidak terlalu deras sehingga kita bisa berenang di sekitaran curug.
Akses untuk mencapai curug ini sudah baik, tidak butuh waktu lama untuk mencapai lokasi. Curug ini bisa di akses oleh kendaraan roda empat maupun roda dua.

6. Curug Cimanintin


Curug Cimanintin berlokasi di Desa Tanjungsari Kecamatan Salopa Tasikmalaya. Akses menuju ke lokasi ini melewati jalanan berbatu dengan kendaraan bermotor dan dilanjutkan dengan jalan kaki menuju ke curug ini.

Sepanjang perjalanan kita di suguhi pemandangan persawahan dan juga perbukitan yang menarik untuk di jadikan objek foto. Perjalanan menuju curug ini saja sudah indah gimana nantinya ketika sampai ke lokasi curug, pastinya curug ini tidak mengecewakan karena mempunyai pemandangan yang indah dan kebersihannya pun masih terjaga.

7. Curug Dengdeng


Curug Dengdeng adalah wisata air terjun yang menarik yang berlokasi di Desa Cikawung Gading Kec.Cikatomas Tasikmalaya. Ciri khas dari curug ini adalah mempunyai curug yang bertingkat, area kolam air yang tenang dan tentunya juga bisa digunakan untuk berenang.

Curug ini mempunyai aliran air terjun yang luas juga di hiasi dengan pepohonan yang hijau. Kondisi tersebut membuat curug ini begitu nyaman untuk di kunjungi.
Untuk akses menuju ke loaksi ini lumayan sulit, kita harus melewati jalanan yang berbatu dengan menggunakan kendaraan bermotor dan di lanjutkan dengan jalan kaki menyusuri lembah.

8. Curug Koja


Curug Koja merupakan salah satu wisata alam menarik  yang berlokasi di Desa Linggajaya Kecamatan Cikatomas Tasikmalaya. Untuk menuju ke lokasi tersebut kita harus menyusuri sungai, melewati pematang sawah dan juga lembah.

Perjalanan yang lumayan melelahkan akan terbayar dengan keindahan alam yang ada di sekitar curug dan akan betah untuk berlama-lama berada di tempat ini.

9. Curug Ciwatin


Curug Ciwatin berlokasi di Desa Linggalaksana Kecamatan Cikatomas Tasikmalaya. Untuk menuju ke curug ini petunjuk arah pertama kita menuju Alun-alun Kecamatan Cikatomas jarak dari Alun-alun sampai ke curug ini pun cukup dekat yaitu hanya sekitar 6km selanjutnya belok kanan dan ikuti jalan tersebut hingga sampai kesebuah jembatan, dari jembatan curug ini sudah bisa terlihat.

Dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 7 menit kita sudah bisa sampai ke curug ini. Akses jalan menuju curug ini juga tidak sesulit akses jalan menuju ke Curug Cimanintin. Di curug ini kita bisa berenang dengan kondisi air yang tenang dan jernih.

10. Curug Cileutak


Curug Cileutak berlokasi di Desa Sindang Asih Kecamatan Cikatomas tasikmalaya. Curug ini bisa menjadi wahana bermain air yang menarik, karena curug ini aman di gunakan untuk berenang tapi harus bisa menjaga keselamatan diri masing-masing juga.
Namun harus ada sedikit usaha yang lebih untuk bisa sampai ke curug yang indah ini.

11. Curug Sawer Mandalamekar


Curug Sawer Mandalamekar berlokasi di Desa Mandalamekar Kecamatan Jatiwaras Tasikmalaya. Akses jalan menuju ke curug ini sangat terjal dan agak rumit. Kami sarankan bagi yang akan berkunjung ke tempat ini dihimbau untuk selalu berhati hati.

Walaupun perjalanan yang ditempuh akan sedikit melelahkan semua itu akan hilang ketika kita sampai di curug ini karena keindahan curug dan alam sekitar yang masih sangat terjaga.

12. Curug Cihanjuang


Curug Cihanjuang berlokasi di Desa Santana Mekar Kec. Cisayong Tasikmalaya. Curug masih jarang di kunjungi oleh wisatawan karena akses jalan menuju curug ini masih sulit. Tentunya curug ini masih alami dan bersih, bisa direkomendasikan bagi anda yang suka dengan penjelajahan wisata alam tersembunyi.

13. Curug Arjuna


Curug Arjuna masih berlokasi di Desa Santana Mekar Kec. Cisayong Tasikmalaya. Sama dengan Curug Cihanjuang, Curug ini tergolong yang masih jarang dikunjungi karena akses jalannya yang masih sulit.
Tentunya curug ini masih alami dan bersih, bisa direkomendasikan bagi anda yang suka dengan penjelajahan wisata alam tersembunyi.

14. Curug Wayang


Curug Wayang berlokasi di Desa Santana Mekar Kecamatan Cisayong Tasikamalaya. Ciri khas dari curug ini mempunyai air yang jernih dan kolam yang tenang yang bisa dijadikan sebagai tempat berenang yang sangat menarik. Menikmati keindahan dan keheningan alam di sekitar curug ini bisa membuat kita lebih mencintai alam.

15. Curug Galunggung


Curug Galunggung berlokasi di kaki Gunung Galunggung. Curug tersebut sangat sulit di jangkau karena hampir tidak ada akses yang memungkinkan untuk menuju curug tersebut. Kita hanya bisa menikmati curug tersebut dari kejahuan.

Mungkin masih banyak Air Terjun / Curug yang tersembunyi di Tasikmalaya. Di Kecamatan Cisayong juga kita bisa menjumpai beberapa Curug yang jaraknya tidak terlalu jauh, tentunya kita harus bisa menjaganya agar tetap lestari dan kelak bisa dinikmati oleh anak cucu kita.